Ustadz Dudi : Tanamkan Nilai-Nilai Islam dalam Diri

Bantul- Rumah Mesin kembali menggelar pengajian rutin setiap hari Kamis di Limasan
Media Centre. Pengajian digelar pada Kamis (13/08/2020), diikuti oleh seluruh karyawan
dan peserta magang. Pengajian kali ini diisi oleh Ustadz Dudi M. Rusyadi, S.Ag. Dibuka
dengan pembacaan Al-Ma’surat bersama kemudian penyampaian materi oleh Ustadz Dudi.
Beliau mengingatkan lagi perihal Maqashid Syari’ah. Maqashid Syari’ah berarti tujuan
syariah. Ada lima hal inti dalam maqashid syari’ah yaitu hifdzun an-nafs (menjaga jiwa),
hifdzun aql (menjaga akal), hifdzun nasl (menjaga keturunan), hifdzun maal (menjaga
harta), dan hifdzun ad-diin (menjaga agama).

Pada kesempatan kali ini, Ustadz Dudi menyampaikan perihal Agama adalah nasehat.
Setiap orang membutuhkan nasehat. Bahkan seorang yang ahli pun tetap memerlukan
seorang pelatih. Ustadz Dudi menganalogikan pentingnya sebuah nasehat untuk manusia
seperti seorang petinju hebat, Mike Tyson, yang tetap membutuhkan pelatih untuk dirinya.
Padahal belum tentu pelatih itu lebih hebat daripada Mike Tyson. Setiap manusia memiliki
blind area atau area hitam. Blind area adalah titik kelemahan seseorang yang tidak bisa
dilihat oleh dirinya sendiri. Sehingga manusia memerlukan nasehat orang lain sebagai
pengingat diri.

Beliau juga menyampaikan dalam pembenahan moral, menanamkan nilai-nilai agama pada
diri seseorang adalah yang utama. Proses perbaikan diri dimulai dari bagaimana kita
memahami agama dengan baik. Membiasakan nilai-nilai Islam tertanam dalam diri. Apabila
nilai-nilai Islam sudah tertanam dalam diri seseorang. Perilaku keseharian kita akan sangat
indah dan menyenangkan untuk dijalani. Ustadz Dudi juga menyampaikan beberapa
karakter orang ketika diberi nasehat. Wa taw??au bil-?aqqi wa taw??au bi?-?abr yang
artinya saling menasehatilah supaya mentaati kebenaran dan saling menasehatilah supaya
menetapi kesabaran (Q.S Al ‘Asr : 2).

Gambaran orang-orang yang diberi nasehat itu ada yang seperti anjing, monyet, dan babi.
Ketika dinasehati dia menjulurkan lidah dan menggonggong seperti anjing. Kemudian
ketika dinasehati dia seperti seekor monyet yang dianalogikan kalau diberi nasehat malah
mengejek. Dan ketika dinasehati dia seperti seekor babi yang dianalogikan memiliki sifat
bandel. Ustadz Dudi juga menyampaikan tiga amalan agar terhindar dari sifat-sifat orang
yang tidak mau diberi nasehat. Pertama, kita selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar
artinya menegakkan yang benar meninggalkan yang salah. Kedua, kita harus banyak

berdo’a memohon kepada Allah ta’ala untuk melembutkan hati kita agar mudah menerima
nasehat. Ketiga, kita harus bershodaqoh. Niatkan dalam setiap hari untuk bershodaqoh.
Shodaqoh bukan hanya dengan uang, tapi bisa dengan tenaga dan senyuman. Manfaat
shodaqoh sangat banyak apabila dijabarkan. Seperti mengundang datangnya rezeki,
sebagai penolak bala’ atau musibah, menyembuhkan penyakit, dan memanjangkan umur.
Di akhir pengajian, beliau berpesan untuk memegang selalu nilai-nilai keislaman. Selalu
beribadah kepada Allah ta’ala, dzikir dan berdoa setiap harinya. Dan saling mengingatkan
satu sama lain untuk selalu berbuat baik dan bermanfaat. Semoga kita semua mampu

mengamalkan apa yang telah disampaikan oleh Ustadz Dudi dan keberkahan selalu hadir
dalam diri kita. Aamiin.
By Desi Anggi Ramadhani