Pekan PeDe : 10 Karakter Muslim Sejati

Pekan PeDe merupakan kegiatan dilakukan satu minggu sekali bertujuan untuk meningkatkan ketertataan aspek spiritual kerohanian karyawan. Pekan PeDe didampingi oleh mentor. Pekan PD diawali dengan Salat dzuhur berjamaah, tilawah bersama, kultum dan penyampaian materi. Salah satu materi kali ini membahas tentang “10 Karakter Muslim Sejati”

Akar-akar yang kokoh ini adalah salimul ‘aqidah (aqidah lurus), ibadah shahihul’ (ibadah sejati), dan matinul khuluq (akhlak mulia). Layaknya akar pohon, ketiga karakter ini akan mendukung karakter lainnya. Karakter yang baik tidak akan bisa tumbuh dengan baik jika ketiga karakter dasar ini rapuh. Batang, dahan, ranting, dan daun merupakan potensi diri yang tumbuh dengan baik, yang meliputi karakter qawiyyul jism (perawakan kuat), mutsaqqaful fikr (berwawasan luas), mujaahidun linafsihi (pengendalian diri), harisun ‘ala waqtihi (memelihara waktu), munazhzhamun fii syu’unihi (tersier dalam segala urusan), dan qadirun ‘alal kasbi (mampu mencari nafkah). Sedangkan buah yang bisa dipetik setiap musim adalah nafi’un lighairihi-nya (memberi manfaat bagi orang lain). Semua karakter tersebut jika ditentukan oleh sepuluh. Itulah sepuluh ciri Muslim sejati. Dan berikut adalah deskripsi singkat dari masing-masing karakter tersebut.

Pertama, salimul ‘aqidah (aqidah lurus). Seorang muslim sejati memiliki aqidah yang kuat, yang tidak bercampur dengan sedikit keraguan dan syirik. Juga tidak dapat diombang-ambingkan dan digelapkan oleh kesulitan hidup. Dia senang dengan Allah sebagai tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai nabi dan utusannya. Dia memiliki keyakinan kepada Allah, malaikat-Nya, para utusan-Nya, buku-buku yang dikirim kepada para utusan-Nya, Hari Akhir, dan takdir-Nya. Imannya bukan hanya pengakuan di bibir, tetapi terukir dalam di hatinya dan terwujud dalam semua perilakunya. Itulah iman yang sejati, yang tidak hanya percaya, tetapi juga benar-benar terwujud dalam sikap dan perilaku.

Kedua, ibadah shahihul (ibadah sejati). Di atas aqidah yang kuat, seorang muslim selalu aktif. Ibadahnya sepenuhnya terpenuhi sesuai dengan petunjuk Nabi. Untuk layanan ritual (mahdhah), dia hanya mengikuti contoh tauqifi Nabi (apa adanya), tidak menambah atau mengurangi. Adapun ibadah yaitu muamalah (ghayr mahdhah), beliau selalu berkreasi dan berinovasi dengan bersandar pada kerangka (manhaj) yang telah dibimbing oleh Nabi.

Ketiga, matinul khuluq (akhlak mulia). Dengan aqidah yang kuat dan ibadah yang aktif, akhlak yang luhur akan muncul dalam diri seorang muslim, bagai mutiara yang indah dan berkilau. Akhlaq mencakup keadaan hati seseorang dan juga suluknya (moralitas, perilaku dan sopan santun). Hati seorang muslim adalah hati yang jernih, bersih dari segala bentuk penyakit jantung, dan dipenuhi dengan sifat-sifat luhur seperti keikhlasan, tawakal, kesabaran, kesenangan, cinta, dan lain sebagainya. Adapun suluk seorang muslim adalah suluk terpuji dan menawan, yang muncul dari dirinya secara spontan karena sudah menjadi kebiasaan yang tidak lepas dari kepribadiannya.

Keempat, qawiyyul jism (fisik kuat). Seorang Muslim sejati tidak akan mengabaikan keadaan tubuhnya. Ia selalu menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya. Ia selalu mencoba makanan dan minuman yang baik untuk kesehatan, dan membiasakan gaya hidup sehat. Bahkan ia juga melatih tubuhnya agar memiliki stamina yang kuat, dengan rajin berolahraga. Ia menyadari bahwa dengan tubuh yang sehat, bugar, dan kuat, ia akan mampu beribadah dengan lebih baik.

Kelima, mutsaqqaful fikr (berwawasan luas). Seorang Muslim sejati juga memperhatikan pikirannya. Ia sangat bersyukur atas berkah akal budi dengan terus mengasah kecerdasan dan pengetahuan serta wawasan barunya. Bukan hanya pengetahuan tentang agama, tapi juga wawasan umum yang perlu diketahui. Ia tidak pernah berhenti belajar, karena ia tahu bahwa belajar itu minal mahdi ilal lahdi ‘dari lahir sampai mati’.

Keenam, mujaahidun linafsihi (pengendalian diri). Dalam diri manusia terdapat nafsu yang senantiasa mengarah pada kemewahan dan kesenangan dunia, serta senantiasa mendorong manusia untuk melakukan berbagai macam kejahatan. Seorang Muslim sejati adalah seseorang yang dapat mengontrol semua tindakan tersebut dan mengontrol dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman, “Adapun barangsiapa takut akan kebesaran Tuhannya dan mampu menahan diri dari ajakan keinginannya, maka sebenarnya surga adalah tempat untuk kembali.” (Surat An-Nazi’at: 40-41)

Ketujuh, harisun ‘ala waqtihi (penjaga waktu). Waktu adalah hidup itu sendiri. Jika waktu telah bergerak, ia tidak akan bisa kembali bahkan hanya untuk satu detik. Untuk itu, seorang muslim sejati sangat memperhatikan waktu. Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna, terutama hal-hal yang buruk. Dia tahu bahwa kewajiban yang harus dia penuhi adalah semakin banyak waktu yang dia miliki. Memang, dia sangat berhati-hati dalam membantu waktu yang dia miliki.

Kedelapan, munazhzhamun fii syu’unihi (tersier dalam segala urusan). Seorang Muslim sejati yang menyukai orang yang suka melakukan segalanya dengan sembarangan. Dia selalu menjalankan urusannya dan bekerja dengan baik. Prinsip yang selalu dianutnya adalah ihsan dan itqan dalam beramal ‘melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya’. Dengan begitu dia juga akan menjadi seorang Muslim yang berprestasi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan memiliki kinerja yang luar biasa.

Kesembilan, qadirun ‘alal kasbi (mampu mencari nafkah). Seorang Muslim sejati mencintai seorang pengemis dan pengemis. Dia selalu berusaha untuk mandiri. Ia juga tahu bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Untuk itu, ia juga bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonominya dan mampu berinvestasi di jalan Allah.

Kesepuluh, nafi’un lighairihi (bermanfaat bagi orang lain). Dengan segala potensi dan kapasitasnya, seorang Muslim sejati pasti bermanfaat bagi masyarakat. Ia pasti bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Ini menyatakan orang-orang yang ‘tidak sama dengan apa-apa’, atau orang yang ‘keberadaan tidak bertambah dan ketidakhadiran tidak berkurang’, apalagi orang yang ‘tidak memiliki apa yang diinginkan dan ketidakhadiran selalu diharapkan’. Rasulullah saw bersabda, “Manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”

Itulah sekilas tentang sepuluh karakter muslim sejati. Marilah kita senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas diri kita sendiri, sehingga memenuhi persyaratan kriteria ini. Dengan menjadi muslim sejati, kita akan lebih siap berkontribusi dalam memperjuangkan agama Allah. Insya Allah.